Skenario Peran
Satu peranan dalam panggung sandiwara kehidupan seharusnya given, diberikan, bukan diminta. Itulah yang menunjukkan fungsi hakiki seorang sutradara, memberikan peran. Pemain bertugas memainkan lakon. Kalau sang pemeran bersikukuh bertungkus-lumus menginginkan satu peran tertentu, maka panggung lakon akan kacau tak selesai. Pemain yang meminta peran dan mendikte sutradara, adalah pemain yang kurang ajar. Berulah dan mengacaukan pemeran-pemeran lainnya, hingga pementasan tak lagi menjadi sebuah karya indah melainkan kekacauan egoisme.
Pencaian satu peranan yang diberikan oleh sutradara kehidupan dunia nyata, memang tidak serta merta seperti dalam lakon sandiwara. Bedanya, naskah dalam lakon sandiwara diberikan di awal namun dalam panggung kehidupan, naskahnya sudah tertulis namun tidak secara gamblang bisa kita baca. Sifatnya given, tapi kita diminta untuk melakukan pencarian. Uniknya lagi, sang sutradara hanya menetapkan rambu-rambu dalam adegan, kita diminta untuk mencari satu peranan terbaik. Satu peranan yang merupakan lukisan sempurnanya diri kita, menjadi aktor dengan peranan terbaik.
Begitulah seorang muslim. Allah sebagai sutradara menurunkan Alquran sebagai sebuah panduan serangkaian adegan lakon kehidupan selama berada di panggung dunia, sifatnya given. Tapi dalam pengembangannya, dalam sifat given itu terhampar luas berbagai peranan-peranan untuk sampai pada cerita yang utuh tentang manusia sebagai lakon Tuhan di bumi. Semua peranan, selama itu sesuai dengan panduan Alquran, maka tidak ada masalah. Seorang tukang sayur selama berpegang pada Alquran, tetap bisa dinominasikan pada penghargaan piala syurga, apalagi dengan aktor utama seperti penguasa negara, guru bangsa dan juga ulama pemimpin umat.
Dalam proses pertumbuhan umur manusia, ada saja yang tidak pernah menemukan satu peranan yang Allah telah siapkan untuknya. Mungkin ada yang semenjak beranjak dewasa ia sudah tahu satu peranannya, tapi kita tidak bisa menutup mata, terlalu banyak umat manusia yang berperan dalam topeng kepura-puraan dan kemungkarannya terhadap sutradara. Mereka berperan tidak sesuai dengan kompetensi fitrahnya, sehingga yang terjadi adalah kegelisahan, ketakutan dan kematian peranan. Tak berfungsi membaguskan cerita kehidupan, malah menjadi biang rusaknya ruh kehidupan. merekalah yang memakan peranan orang lain untuk kesenangan pribadinya.
Terkadang, menemukan satu peranan kita itu memang tidak serta merta datang tiba-tiba. Di situlah pencarian peran itu menjadi tugas kita, tugas belajar dan mencari satu peranan yang akan menghantarkan diri kita menjadi nominator peraih piala syurga, yang diberikan langsung oleh penguasa hari kebangkitan, Allah swt. Saya teringat sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Robbie Williams, ‘Better Man”: As my soul heals the shame / I will grow through this pain / Lord I'm doing all I can / To be a better man. “Tuhan, aku melakukan yang terbaik yang aku bisa, untuk menjadi pemeran terbaik bagimu, di dunia. Amin”
Komentar
Posting Komentar