Kutemukan al-Quranku
Tulisan ini adalah sebentuk kesyukuranku. Mungkin awal dari jawaban pertanyaan kegelisahanku yang telah lama tak ku dengar lagi gelisahnya. Syukurku pada-Nya yang telah kembali mengingatkanku. Memberi celah untukku kembali gelisah—dengan kebaikan dan perbaikan. Lagi-lagi lewat sebuah buku. Semoga kau—yang berbaik hati membaca tulisan ini—tidak bosan. Kegelisahanku ini tentang al-Quran. Bukan karena al-Quran akan kehilangan kemuliaan, keagungan dan kesuciannya. Tapi, lebih pada diriku, ya diriku, yang tak pernah bisa sampai kepada kemuliaannya, diriku yang tak bisa mendaki keagungannya, diriku yang tak mengerti cara berbesih untuk mengecap kesuciannya. Pastor Terry Jones mengajak membakar al-Quran, aku tak bergeming. Bukan karena aku yakin bahwa al-Quran sudah ada yang menjaga—tapi lebih karena mungkin aku yang tak peduli. Aku membaca kisah-kisah Para Sahabat, bagaimana Ustman mengkhatamkan al-Quran dalam tujuh hari, aku mencoba melakukannya. Hanya berhasil dua minggu—itu pun di bu...