Gelisah


Gelisah entah kenapa selalu identik dengan gelap--malam--petang--bayang-bayang--kuburan.

Telah dua malam mimpi itu kembali datang. Muncul dengan setting berbeda, alur berbeda tapi tetap dengan ending yang sama--putik air mata menyembul di keheningan malam, merekah menjadi isak yang tertahan.

Setiap kali aku merebahkan badan dan mematikan lampu. Kelebat bayang-bayang itu selalu muncul, seperti bintang jatuh yang melewati jendela kamar, begitu cepat begitu jauh. Tapi ia menyisakan gelisah dalam relung-relung jiwa. Layaknya petang yang mulai menyelimuti bumi, pelan dan merambat menaburkan kegelapan.

Aku menutup mata mengharap kegelapan yang menentramkan, tapi kegelisahan yang merambat selalu memantik ketukan-ketukan tanpa suara, menyentakku dari dan menuju gelap--terang--petang--bayang--juga kuburan. Rasa lelah telah berubah menjadi bulir-bulir keringat yang tumbuh seperti jamur di musim hujan.

Sampai akhirnya aku terjatuh juga--dalam lelap yang melelahkan. Kegelisahan telah berpindah tempat dari dunia atas sadar menuju dunia bawah sadar. Menyisakan mata yang terpejam, tubuh telentang tak bergerak sama sekali. Pertempuran telah berganti di medan tanpa nama. Hanya ada gelap--malam--petang--bayang-bayang--kuburan. Di titik inilah, aku tidak bisa lagi berjuang dengan diriku. Aku hanya bisa menangis.

Wajah-wajah yang begitu akrab datang dalam kegelisahan tanpa batasku. Berguguran satu-persatu bersama air mata, terkikis meretas pori-pori pipi dan habis terterbangkan angin.

Yang tersisa hanyalah gelap--malam--petang--bayang-bayang--kuburan. Gelap! Hampa!

31/01/2012
*Gambar diambil dari sini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memaknai Ulang Framework Bisnis

Penguin

CIUMAN (Cerita Pendek)