Berpisah dan Berpelukan
You get it from your Father,It is all he had to give.
Rumahku
dikelilingi oleh pohon kelapa juga pisang. Ketika kecil, Bapak punya ritual
unik ketika menanam pohon-pohon itu.
Saat
menggenggam buah kelapa kering berwarna koklat dengan sebuah pucuk tunas kecil
timbul di bagian atasnya, bapak akan melambaikan tangannya kepada kami,
anak-anaknya, yang segera kami sambut dengan berlarian. Bapak kemudian menggali
sebuah lubang seukuran bola sepak. Sambil memegang buah kelapa, ia menyuruh
kami semua naik ke atas punggungnya. Kami berebutan berpegangan di leher juga
bahunya. Bapak menimbun buah kelapa sambil menggoyang-goyangkan badannya, dan
menyuruh kami berdoa, “Semoga buahnya banyak dan bergelantungan seperti kalian
di punggung Bapak.” Kami susah payah mengikuti kalimatnya karena harus
berpegangan erat. Sambil tersenyum saat menurunkan kami satu persatu, Bapak
mengatakan, “Karena kalian tidak jatuh, maka nanti, buahnya juga tidak akan
gugur diterjang angin.”
Setelah
itu Bapak menggandeng tangan kami mendekati pohon pisang. “Kalau pisangnya
ingin besar, ia harus dipisah dari induknya.” Setelah itu bapak mengambil
linggis dan mencabut anak-anak pisang. Ia hanya menyisakan dua tunas yang masih
kecil bersama dengan induknya. Kemudian ia membuatkan lubang lain dan menyuruh
kami menanamnya. “Bapak, kan kasihan pisangnya dipisah dari Ibunya?” tanya adik
perempuanku. Bapak hanya tersenyum, “Kalau tidak dipisah, makanan si Ibu pisang
habis untuk anaknya, dan dia tidak bisa berbuah.” Sambil mencolek pipi adikku,
Bapak bilang, “Pisang kecil yang kamu tanam jauh dari ibunya tadi, akan jadi
pisang besar. Tugasmu menjaganya!”
Belasan
tahun dari ritual itu, sampai hari ini aku masih belajar dari kelapa dan juga
pisang. Bukan hanya sebagai pohon pertama dan kedua yang bisa aku gambar, namun
jauh dari itu, pohon kelapa mengajarkan aku untuk tetap berpelukan bersama
keluarga, sekeras apapun angin juga badai menerpa. Kebersamaan dalam bertumbuh
adalah sebuah keharusan dalam membangun fondasi kuat sebuah manusia. Bersama keluarga
kepedihan seperih apapun, juga tantangan seberat apapun, pasti bisa dilalui. Karena
sejatinya, pohon terkuat ada karena gelombang angin juga air tak mampu
melibasnya. Seperti sebuah pepatah tua, “Bad weather makes good timber”.
Cuaca buruk menyisakan kayu-kayu kokoh. Dengan berpegangan serta berpelukan
bersama keluarga, seburuk apapun cuaca, ia akan berakhir dan kita pasti masih
bertahan.
Dan
ada saatnya, seorang anak harus berpisah dari orang tuanya. Pisang mengajarkan hal
itu. Berpisah secara fisik tapi berpelukan dalam hati. Anak yang sudah ditempa
keluarga yang penuh kasih sayang, harus menyebarkan kekuatan kasih sayangnya
keluar. Ia harus keluar dari rumahnya. Karena sejatinya kebaikan yang hanya
berkumpul di satu titik, sedang mengalami sebuah kemunduran, paling tidak
stagnasi. Kebaikan yang kecil tapi
berada di titik yang banyak, ia lebih berpotensi menjadi besar.
Mari
kita tetap berpelukan dan berpisah untuk terus menyebarkan kebaikan di seluruh
permukaan bumi ini.
Klaten,
12/07/2012
Komentar
Posting Komentar